Bijak
Ketika
Haidh
Wanita kalau lagi haidh, apa yang biasa dilakukan? Dengar adzan Subuh, “Ah bete, aku lagi mens, ntar ah bangunnya.” Pas zhuhur, teman-teman bergegas ambil air wudhu, “Aku lagi libur nih, aku ke kantin dulu ya.” Soraean dikit, waktunya dengar tausiyah di masjid kampus, “Sory ya, lagi merah nih, kan gak boleh di masjid.” Malamnya, “Enakan nonton sinetron, ngaji kan belum boleh.”
Paling tidak, fenomena di atas adalah kebanyakan yang dilakukan Muslimah ketika haidh datang. Ndak boleh shalat, ngaji, puasa seakan-akan menjadi dalih tidak adanya ibadah yang bisa dilakukan oleh wanita haidh. So pasti, jika jiwa kosong dari ibadah, nafsu yang sudah dari sononya cenderung kepada ammaratun bissu”, pasti akan mengajak kepada keburukan dan dosa. Sudah lemah badan dan batin, mayoritas Muslimah haidh malah menceburkan dirinya pada perkara yang sia-sia atau bahkan haram.
Haidh sudah menjadi kodrat bagi kaum hawa, dan apa yang Allah takdirkan, semuanya ada hikmah dan keadilan-Nya. Jadi, sangat mustahil Allah menulis takdir wanita harus haidh, sementara di sisi lain Dia membiarkannya kosong dari ibadah. Kalau pun pada akhirnya banyaka Muslimah yang krisis ruhiyah setiap kali haidh, itu lebih karena salah persepsi dan salah sikap.
Sebenarnya haidh bukanlah palang pintu yang membatasi kita dari ibadah. Harus diingat kembali, bahwa ibadah itu segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik kata-kata atau perbuatan, lahir maupun batin. Jadi, jangan sampai ibadah diorientasikan hanya berkisar pada amalan yang mahdhoh saja.
Masih banyak yang bisa kita kerjakan meskipun dalam kondisi haidh, terutama ibadah hati. Ia tidak mengenal kondisi pelakunya, hatta meskipun haidh, nifas maupun junub. Misalnya saja adalah dzikir dan doa. Syekh Abdullah bin Jibrin mengatakan bahwa dua ibadah ini bahkan sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh wanita haidh. Sebab dzikir adalah sumber kehidupan, ibarat air bagi ikan, gimana menurut kalian bila ikan dikeluarkan dari air? Cepat atau lambat pasti akan mati. Sementara doa sendiri adalah shilahul mukmin, bagaimana mungkin bisa menghadapi musuh yang tidak mengenal lelah berusaha mengalahkan kita, sementara senjata saja kita pun tak punya. Mungkin sebab yang seperti ini banyak kejadian Muslimah kesurupan jin ketika haidh. Na’udzubillah min dzalik.
Kalau amalan lahiriyah bagi Muslimah haidh, ada ndak? Jawabannya, sangat buanyak! Sebut saja misalnya menuntut ilmu. Muslimah haidh kan tetap membutuhkan ilmu, sedangkan ilmu bisa membuka pintu kebaikan. Menuntut ilmu sendiri banyak caranya, bisa membaca, menelaah, diskusi bahkan membaca kitab tafsir! Boleh kok bagi Muslimah haidh untuk membaca kitab-kitab tafsir. Demikian fatwa Syaikh Bin Baz. Jadi ndak mesti mengahdiri kajian di masjid.
Kurangnya ibadah ketika haidh juga bisa ditutupi dengan banyak sedekahh. Disamping anjuran kepada kaum Muslimah secara umum, Nabi SAW juga menganjurkan sedekah secara khusus bagi kita kamum Muslimah, sabda beliau, “Wahai wanita, hendaklah kalian bersedekah, karena nampak olehku bahwa mayoritas penduduk neraka adalah wanita.” Mereka (para shahabiyat) bertanya, “Sebabnya apa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena wanita banyak melaknat dan mengkufuri pemberian suaminya. Aku tidak melihat yanglebih kurang akal dan diennya melebihi kalian.” Mereka bertanya, “Apa sebab kurang akal dan dien kami?” Beliau menjawab, “Bukakah persaksian wanita setengah dari persaksian kaum pria? Itulah kurang akalnya. Bukankah wanita kalau haidh tidak shalat dan tidak puasa? Itulah kuran diennya.” (HR Bukhari)
Demikian Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar